Bermanfaat bagi Orang Lain

 Rasulullah saw bersabda: خير الناس انفعهم للناس

'Orang yang terbaik adalah mereka yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.'

Memberikan manfaat kepada orang lain tidak hanya membantu mereka, tetapi juga dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan bagi diri sendiri. Menjadi orang yang memberikan manfaat bagi orang lain bisa dilakukan dengan cara apapun, baik itu dengan memberikan bantuan finansial, membangun rumah sakit, memfasilitasi pembangunan infrastruktur, atau hanya dengan memberikan dukungan moral.

Dalam era saat ini, banyak orang yang menyadari bahwa tindakan kecil dapat memberikan dampak yang besar bagi orang lain. Sebagai contoh, kelompok sukarelawan dapat membantu membangun rumah untuk orang yang tidak memiliki tempat tinggal, organisasi nirlaba dapat memberikan bantuan kesehatan atau membantu membangun sekolah untuk anak-anak yang membutuhkan.

Tentu saja, memberikan manfaat bagi orang lain tidak selalu harus melibatkan kegiatan besar dan terorganisasi. Tindakan kecil yang dilakukan sehari-hari, seperti dengan memberikan dukungan moral atau memberikan bantuan sederhana kepada teman atau keluarga yang membutuhkan, juga dapat membantu orang lain dan memberikan kebahagiaan.

Ada banyak manfaat dari membantu orang lain. Pertama, membantu orang lain dapat membuat kita merasa lebih baik dengan diri sendiri. Menghilangkan rasa egoisme dan menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial dapat memperkuat kenetralan antar individu dan masyarakat. Kedua, membantu orang lain juga dapat meningkatkan kemampuan sosial dan interpersonal kita. Melibatkan diri dalam kegiatan sosial dapat membuka kesempatan baru untuk bertemu orang-orang baru, memperluas jaringan sosial, dan belajar dari pengalaman baru. Terakhir, membantu orang lain juga dapat membantu meningkatkan kesehatan mental kita. Bukti penelitian menunjukkan bahwa membantu orang lain dapat mengurangi stres dan kecemasan.

Namun, perlu diingat bahwa memberikan manfaat bagi orang lain harus dilakukan dengan cara yang tepat. Memberikan bantuan yang tidak berguna atau tidak diinginkan oleh orang lain dapat membuat mereka merasa tidak nyaman atau bahkan merugikan. Karenanya, sebelum memberikan bantuan atau membantu orang lain, pastikan bahwa Anda telah memperhatikan situasi dan kebutuhan mereka.

Simpulan

Menjadi orang yang terbaik dalam hidup adalah dengan memberikan manfaat bagi orang lain. Tidak harus melakukan kegiatan besar atau mengeluarkan banyak uang, tindakan kecil dan sederhana juga dapat membawa dampak positif pada kehidupan orang lain. Membantu orang lain juga dapat membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi diri sendiri, memperkuat nilai-nilai kepedulian sosial, meningkatkan kemampuan sosial dan interpersonal, dan membantu meningkatkan kesehatan mental kita.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adat dan Tradisi Perkawinan Suku Sasak

Oleh: Lukmanul Hakim Tradisi  Merariq  merupakan salah satu adat istiadat pernikahan yang khas dari suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini melibatkan prosesi 'kawin lari'. Seorang pria membawa pergi wanita yang ia cintai tanpa sepengetahuan orang tuanya. Meskipun terlihat kontroversial bagi sebagian orang luar,  Merariq  dianggap sebagai bagian integral dari identitas budaya masyarakat Sasak, yang mengandung nilai-nilai sosial, agama, dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi  Merariq  tidak hanya sekadar ritual pernikahan; ia juga mencerminkan struktur sosial, nilai-nilai agama, serta norma-norma yang ada di dalam masyarakat Sasak. Proses  Merariq  melibatkan berbagai tahapan, mulai dari “ midang ” (bertandang) hingga “ nyongkolan ” (iring-iringan pengantin). Dalam pelaksanaannya, tradisi ini menunjukkan interaksi antara hukum adat, hukum Islam, dan peraturan perundang-undangan nasional. Namun, se...
Baca selengkapnya

Mengaku Wali, Membawa Panji, dan Menyesatkan Umat? Sebuah Refleksi Kritis atas Klaim Spiritual di Era Kontemporer

Oleh: Lukmanul Hakim (Pemerhati keislaman, budaya, dan pemikiran spiritual Nusantara) Kepulangan seseorang setelah bertahun-tahun "menghilang" semestinya disambut biasa saja. Namun, ketika ia tiba-tiba datang dengan klaim sebagai khatmul auliya (penutup para wali), pemilik ilmu ladunni , dan bahkan pembawa panji Liwa’ul Hamdi seperti yang disematkan kepada Rasulullah SAW pada hari kiamat—di situlah publik perlu waspada, bukan terpukau. Fenomena semacam ini, meski berulang kali terjadi, acapkali berhasil mengelabui sebagian umat yang haus akan bimbingan spiritual. Fenomena klaim spiritual yang bombastis ini sayangnya bukan hal baru. Dalam lintasan sejarah keislaman, dari masa ke masa, selalu muncul figur-figur eksentrik yang mengaku wali, nabi, atau juru selamat. Mereka kerap menawarkan janji-janji spiritual yang instan atau pemahaman keagamaan yang menyimpang dari mainstream . Yang membedakan era kini adalah platform penyebarannya. Di era media sosial yang serba cepat dan...
Baca selengkapnya

Hari Santri Nasional: Merajut Tradisi, Mengokohkan Identitas Bangsa

Oleh: Lukmanul Hakim Setiap tanggal 22 Oktober, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghargaan kepada kontribusi besar santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa dan pembangunan nasional. Hari Santri Nasional adalah momentum penting untuk merajut tradisi dan mengokohkan identitas bangsa, sekaligus mengingatkan kita pada peran vital pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Pesantren sebagai wadah pendidikan Islam tradisional memiliki sejarah panjang dalam membentuk karakter anak bangsa. Nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan sejak dini di pesantren telah melahirkan generasi yang berintegritas dan berdedikasi tinggi dalam membangun negara. Hari Santri Nasional menjadi kesempatan untuk mengingatkan kembali peran pesantren dalam menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu, Hari Santri Nasional juga mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga tradisi dan budaya lokal sebagai bagian dari identitas nasional. S...
Baca selengkapnya