Arah Baru BRIN: Transformasi Pola Pikir, Optimalisasi Dampak, dan Ekosistem Riset Nasional

                                                                 Lukmanul Hakim

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

 

Pidato Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Apel Pagi 17 November 2025 menyajikan sebuah rancangan institusional yang ambisius. Pidato ini berfokus pada perubahan pola pikir, penguatan kolaborasi, dan optimalisasi dampak luaran riset bagi agenda strategis nasional. Arahan ini bukan sekadar motivasi internal, melainkan penegasan filosofi baru lembaga yang berupaya menyelaraskan cita-cita akademik tertinggi dengan relevansi nyata di tingkat masyarakat.

Mengedepankan Nilai dan Spirit Akademik yang Dimuliakan

Apresiasi kepada lebih dari 13 ribu sivitas dan 7 ribu peneliti merupakan pengakuan penting terhadap aset utama BRIN. Penekanan pada kolaborasi yang sinergis, setara (egaliter), dan berorientasi keberlanjutan menunjukkan upaya Kepala BRIN membangun budaya kerja yang sehat, menjauh dari hierarki kaku, dan mendekat pada prinsip kemitraan berbasis keahlian.

Pernyataan bahwa peneliti makin "dimuliakan oleh para pemangku kepentingan" berkat kontribusi nyata adalah indikasi keberhasilan awal dalam pengabsahan publik (legitimasi) BRIN. Cita-cita meraih Nobel Prize—sekalipun terdengar idealis—berfungsi sebagai Visi Pemandu, mendorong para peneliti untuk tidak hanya mencapai praktik terbaik, tetapi berani menginisiasi praktik masa depan. Konsep praktik masa depan ini adalah terobosan kognitif: menekankan perlunya ketetapan hati, kesepakatan kolektif, dan kesediaan untuk tumbuh, yang melampaui sekadar mengikuti standar yang sudah ada. Ini adalah ajakan untuk menjadi pemimpin masa depan dalam ilmu pengetahuan Indonesia.

Relevansi Nasional dan Akuntabilitas Luaran

Salah satu arahan paling signifikan adalah penegasan BRIN untuk fokus pada kejelasan arah luaran dan strategi menutup kesenjangan yang masih ada. Dalam konteks pembangunan nasional, ini berarti riset BRIN harus memiliki akuntabilitas terukur dan secara eksplisit mendukung agenda strategis nasional, seperti ketahanan pangan, energi, air, pertahanan, kesehatan, dan lingkungan.

Arahan ini menggarisbawahi pergeseran dari riset yang berbasis keingintahuan (curiosity-driven) menjadi riset yang lebih berbasis misi (mission-driven). Untuk mencapai hal ini, Kepala BRIN menekankan penciptaan ekosistem yang kondusif agar invensi dan inovasi menjadi lebih terukur dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Sasaran Jangka Pendek dan Kedekatan dengan Realitas Lapangan

Dalam jangka pendek, penyebutan sasaran jangka pendek (atau hasil cepat) dalam pembenahan dan penataan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah strategi manajemen perubahan yang cerdas. Ini memberikan sinyal kepada sivitas BRIN bahwa perubahan struktural akan didampingi oleh perbaikan yang cepat dan terlihat.

Yang terpenting, terdapat penekanan yang kuat pada perlunya kedekatan peneliti BRIN dengan realitas lapangan dan dinamika lokal. Periset harus menjadi bagian dari solusi di pusat maupun daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil riset tidak boleh berhenti di jurnal atau laboratorium, melainkan harus diterjemahkan menjadi solusi praktis bagi permasalahan masyarakat. Kepekaan terhadap dinamika lokal adalah kunci untuk memastikan riset BRIN tetap relevan dan bermanfaat secara kontekstual.


Simpulan: Merawat "Rumah Kita Bersama"

Arahan Kepala BRIN ini menyimpulkan bahwa BRIN bukan sekadar lembaga pemerintah, tetapi sebuah "rumah kita bersama"—sebuah ekosistem. Menjaga ekosistem ini melalui kerja kolektif, integritas, dan rasa memiliki adalah prasyarat fundamental untuk menjadi solusi inovatif bagi Indonesia.

Secara akademis, pidato ini mencerminkan komitmen terhadap integrasi nilai-nilai akademik tinggi (Nobel Prize) dengan tanggung jawab sosial-nasional (agenda strategis). Keberhasilan BRIN ke depan akan sangat bergantung pada seberapa efektif arahan ini diterjemahkan menjadi kebijakan operasional, dan seberapa cepat seluruh sivitas dapat menginternalisasi pola pikir positif dan praktik masa depan yang diamanatkan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggapan MUI Kabupaten Lombok Tengah terhadap Ajaran Lalu Dahlan: Sebuah Klarifikasi dan Tindakan Tegas

Mengaku Wali, Membawa Panji, dan Menyesatkan Umat? Sebuah Refleksi Kritis atas Klaim Spiritual di Era Kontemporer

Adat dan Tradisi Perkawinan Suku Sasak