Mukjizat Al-Qur’an dalam Dunia Medis: Dari Janin, Darah, hingga Air Susu Ibu
Oleh: Lukmanul Hakim
Ketika sains medis modern menjelajahi kompleksitas tubuh manusia dengan alat dan laboratorium canggih, Al-Qur’an sejak 14 abad silam telah memberikan isyarat-ilahiah yang mencengangkan. Bukan sebagai buku anatomi, melainkan sebagai wahyu ilahi yang mencerminkan mukjizat pengetahuan jauh sebelum manusia mampu membuktikannya secara ilmiah.
Kini, dengan berkembangnya embriologi, hematologi, dan nutrisi neonatal, dunia medis justru menguatkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya kitab spiritual, tapi juga memuat kebenaran biologis yang luar biasa presisi.
1. Proses Penciptaan Janin: Urutan yang Mustahil Ditebak Manusia Zaman Nabi
Embriologi modern mengungkap bahwa janin manusia berkembang melalui tahapan yang terstruktur — mulai dari sperma, zigot, embrio, fetus, hingga kelahiran. Tahapan-tahapan ini secara mengejutkan tercermin dalam Al-Qur’an:
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا
“Kemudian Kami menjadikan nutfah itu ‘alaqah, lalu Kami menjadikan ‘alaqah itu mudghah, lalu Kami menjadikan mudghah itu tulang belulang, lalu Kami membalut tulang itu dengan daging.”
(QS. Al-Mu’minun: 14)
Nutfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal darah atau gumpalan yang melekat), mudghah (segumpal daging), tulang, dan balutan daging adalah urutan biologis yang tidak diketahui bahkan oleh tabib paling terkemuka pada abad ke-7. Hari ini, embriolog seperti Prof. Keith L. Moore dalam penelitiannya mengakui bahwa deskripsi Al-Qur’an sangat konsisten dengan fakta ilmiah yang hanya bisa diketahui lewat mikroskop modern.
2. Darah dan Sirkulasinya: Sistem Tertutup yang Baru Diketahui Abad ke-17
Penemuan sistem sirkulasi darah oleh William Harvey pada tahun 1628 membuka babak baru dalam ilmu medis. Namun Al-Qur’an telah menyebut peran darah dalam metabolisme tubuh dan pembentukan susu:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
“Dan sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami beri minum kamu dari apa yang ada dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah, berupa susu yang bersih dan mudah ditelan bagi yang meminumnya.”
(QS. An-Nahl: 66)
Deskripsi bahwa susu terbentuk antara kotoran dan darah adalah isyarat ilmiah yang sangat akurat. Ilmu fisiologi modern menyebut bahwa susu terbentuk di dalam kelenjar susu melalui proses difusi dan filtrasi dari darah, melewati sistem sirkulasi yang kompleks — sesuatu yang mustahil diketahui secara empiris pada masa Nabi Muhammad.
3. Air Susu Ibu dan Keajaiban Gizi
Hari ini, dunia medis sepakat bahwa air susu ibu (ASI) adalah sumber gizi terbaik bagi bayi. WHO dan UNICEF bahkan menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Hal ini ternyata senada dengan petunjuk Al-Qur’an:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
“Para ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh…”
(QS. Al-Baqarah: 233)
Dalam ASI terdapat antibodi, enzim pencernaan, hormon pertumbuhan, bahkan pengaruh emosional yang terbukti meningkatkan IQ dan ketahanan tubuh bayi. Anjuran Al-Qur’an tentang masa menyusui ini jauh mendahului kesimpulan medis modern yang diperoleh setelah riset panjang.
4. Keterhubungan Antara Rahim dan Psikologi Ibu
Al-Qur’an juga menyentuh sisi emosional dan psikologis keibuan:
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…”
(QS. Al-Ahqaf: 15)
Ayat ini tak hanya menggambarkan fisik, tapi juga tekanan psikis ibu yang secara biologis memang terbukti berpengaruh pada kondisi janin. Dunia medis modern telah mengonfirmasi bahwa stres pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi, prematuritas, bahkan gangguan tumbuh-kembang anak.
5. Penutup: Mukjizat yang Tidak Lekang oleh Zaman
Di tengah maraknya jurnal ilmiah, laboratorium genetika, dan kemajuan teknologi medis, Al-Qur’an tetap menunjukkan kemukjizatannya. Bukan karena ia berisi teori-teori ilmiah yang rinci, tetapi karena ia menyampaikan kebenaran biologis secara tepat, indah, dan melampaui kemampuan pengetahuan manusia saat diturunkan.
Mukjizat Al-Qur’an dalam dunia medis adalah jembatan antara iman dan ilmu, antara wahyu dan penelitian. Ia adalah bukti bahwa ilmu bukanlah musuh wahyu, tetapi cermin yang mengukuhkan kebesaran-Nya. Maka, semakin maju ilmu, seharusnya semakin dalam pula kekaguman kita terhadap ayat-ayat-Nya.
Daftar Referensi:
- Keith L. Moore. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, Elsevier, 2008.
- Maurice Bucaille. The Bible, The Qur’an and Science.
- Wahbah az-Zuhaili. Tafsir al-Munir.
- WHO Guidelines on Breastfeeding.
- Muhammad Mutawalli Sha‘rawi. Al-I’jaz al-‘Ilmi fi al-Qur’an al-Karim.
Komentar
Posting Komentar