Menguak Fenomena: Alasan Kristen Ortodoks di Indonesia Mendukung Israel

Oleh: Lukmanul Hakim

Dukungan terhadap Israel di kalangan komunitas Kristen Ortodoks di Indonesia mungkin terasa sebagai sebuah anomali bagi banyak orang, mengingat sentimen pro-Palestina yang umumnya kuat di masyarakat Indonesia. Namun, fenomena ini tidak muncul dalam ruang hampa. Ada serangkaian faktor historis, teologis, dan sosiologis yang mendasari pandangan ini, yang berbeda dari perspektif mayoritas Muslim di Indonesia dan bahkan sebagian besar kelompok Kristen Protestan atau Katolik. Memahami alasan-alasan ini memerlukan tinjauan komprehensif terhadap identitas dan pandangan dunia Kristen Ortodoks di Indonesia.

Latar Belakang Komunitas Kristen Ortodoks di Indonesia

Keberadaan Gereja Ortodoks di Indonesia relatif kecil jika dibandingkan dengan denominasi Kristen lainnya. Mereka umumnya terbagi dalam beberapa yurisdiksi, seperti Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia (ROCOR), Patriarkat Ekumenis Konstantinopel (melalui Metropolis Singapura dan Asia Tenggara), dan beberapa komunitas lokal lainnya. Sebagian besar jemaat adalah mualaf dari latar belakang Protestan atau Katolik, atau dari agama lain, serta keturunan imigran. Meskipun jumlahnya tidak besar, komunitas ini memiliki identitas teologis dan historis yang kuat yang membentuk pandangan mereka tentang berbagai isu, termasuk Israel.

Akar Teologis: Interpretasi Alkitab dan Tradisi Gereja

Salah satu pilar utama dukungan Kristen Ortodoks di Indonesia untuk Israel berakar pada interpretasi teologis yang kuat terhadap Perjanjian Lama dan nubuat Alkitab. Bagi banyak Ortodoks, Perjanjian Lama dilihat sebagai fondasi yang tak terpisahkan dari iman Kristen, dan narasi tentang umat Israel, janji-janji Allah kepada Abraham, serta kembalinya bangsa Yahudi ke Tanah Perjanjian memiliki makna eskatologis yang mendalam. Mereka percaya bahwa Israel, sebagai umat pilihan Allah, memiliki peran penting dalam sejarah keselamatan, bahkan setelah kedatangan Yesus Kristus.

Sejumlah jemaat Ortodoks mungkin menafsirkan berdirinya Negara Israel pada tahun 1948 sebagai penggenapan nubuat-nubuat Alkitab tentang pemulihan bangsa Yahudi ke tanah leluhur mereka. Pandangan ini sering kali diselaraskan dengan ajaran patristik (para Bapa Gereja) yang menghormati kontinuitas sejarah antara Yudaisme dan Kekristenan. Misalnya, teolog Ortodoks seperti St. John Chrysostom atau St. Basil Agung, meskipun hidup ribuan tahun lalu, memberikan landasan bagi pemahaman tentang Yerusalem dan Tanah Suci sebagai tempat-tempat yang memiliki signifikansi abadi dalam sejarah keselamatan. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa interpretasi eskatologis ini tidak seragam di seluruh Ortodoksi, namun cukup lazim di kalangan komunitas yang memiliki penekanan kuat pada literalisme Alkitabiah dan tradisi.

Solidaritas dengan Kristen Timur Tengah dan Diaspora

Faktor penting lainnya adalah solidaritas dengan komunitas Kristen Ortodoks di Timur Tengah. Gereja Ortodoks Indonesia merasa terhubung secara spiritual dan historis dengan gereja-gereja kuno di Yerusalem, Antiokhia, dan Aleksandria. Mereka menyadari bahwa Kristen di Timur Tengah seringkali hidup sebagai minoritas yang rentan di tengah gejolak politik dan konflik bersenjata. Dalam konteks ini, Israel sering dipandang oleh komunitas Kristen di Timur Tengah sebagai salah satu dari sedikit negara di kawasan yang menjamin kebebasan beragama dan perlindungan bagi minoritas Kristen, meskipun dengan tantangan tersendiri.

Laporan dari organisasi hak asasi manusia dan lembaga gerejawi seringkali menyoroti kondisi sulit yang dihadapi Kristen di beberapa negara Timur Tengah, sementara di Israel, komunitas Kristen memiliki kebebasan beribadah dan akses ke situs-situs suci. Kedekatan historis dan spiritual ini membuat banyak Ortodoks Indonesia merasa perlu mendukung keberlangsungan hidup dan keamanan komunitas Ortodoks di Tanah Suci, yang pada gilirannya seringkali selaras dengan kepentingan Israel dalam menjaga stabilitas regional. Pandangan ini diperkuat oleh narasi tentang penganiayaan Kristen oleh kelompok ekstremis di beberapa negara Arab, yang membuat Israel terlihat sebagai "benteng" di tengah kekacauan.

Posisi Geopolitik dan Perbandingan Stabilitas

Dukungan terhadap Israel juga dapat berakar pada analisis geopolitik yang lebih luas, di mana Israel dipandang sebagai kekuatan stabil di Timur Tengah. Bagi sebagian Kristen Ortodoks di Indonesia, yang mungkin mengikuti perkembangan global dari perspektif berbeda, Israel dilihat sebagai entitas yang menghadapi ancaman dari berbagai sisi namun mampu mempertahankan kedaulatan dan keamanan warganya, termasuk minoritas.

Mereka mungkin membandingkan model Israel, yang meskipun dalam konflik, memberikan perlindungan hukum bagi minoritas agama, dengan kondisi di beberapa negara mayoritas Muslim di mana kebebasan beragama lebih terbatas. Persepsi ini, meskipun mungkin tidak selalu mencerminkan realitas yang utuh dari konflik Israel-Palestina, membentuk preferensi mereka terhadap keberadaan Israel yang kuat dan stabil.

Perbedaan Perspektif dengan Denominasi Kristen Lain di Indonesia

Penting untuk menggarisbawahi bahwa pandangan Kristen Ortodoks di Indonesia tentang Israel seringkali berbeda dari sebagian besar denominasi Protestan atau Katolik di Indonesia. Banyak kelompok Kristen di Indonesia memiliki empati yang kuat terhadap penderitaan rakyat Palestina, sejalan dengan posisi pemerintah Indonesia dan mayoritas Muslim. Perspektif ini sering kali dibentuk oleh ajaran keadilan sosial, hak asasi manusia, dan solidaritas global.

Sebaliknya, Kristen Ortodoks cenderung lebih menekankan pada aspek teologis dan historis Tanah Suci, serta solidaritas dengan gereja-gereja kuno di Timur Tengah. Mereka mungkin kurang terpengaruh oleh narasi politik modern tentang konflik Israel-Palestina yang mendominasi media Barat atau Indonesia, dan lebih fokus pada dimensi spiritual serta keberlangsungan komunitas Kristen di wilayah tersebut.

Simpulan

Dukungan Kristen Ortodoks di Indonesia terhadap Israel adalah fenomena yang multifaceted, didorong oleh interpretasi teologis tentang nubuat Alkitab, solidaritas dengan saudara-saudari seiman di Timur Tengah yang rentan, dan pandangan geopolitik tentang Israel sebagai faktor stabilitas regional. Ini adalah cerminan dari identitas Ortodoks yang unik, yang menempatkan prioritas pada tradisi kuno, kesinambungan Gereja di Tanah Suci, dan keamanan komunitas mereka. Memahami alasan-alasan ini memberikan wawasan yang lebih kaya tentang kompleksitas pandangan agama di Indonesia dan hubungan yang terjalin antara iman, sejarah, dan geopolitik global.

Daftar Pustaka

Arinanto, Satya. "Kebebasan Beragama di Indonesia: Tantangan dan Perspektif." Jurnal Konstitusi, Vol. 9, No. 3 (2012): 455-472. 

Constantinou, Stavros T. "The Greek Orthodox Patriarchate of Jerusalem and the Israeli-Palestinian Conflict." Journal of Holy Land and Palestine Studies 11, no. 1 (2012): 1-22. 

Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia (ROCOR). 

Hanna, George B. "Orthodox Christians in the Middle East." The Ecumenical Review, Vol. 56, No. 2 (2004): 180-192. 

Kleden, Ignas. "Agama dan Politik di Indonesia: Sebuah Tinjauan Umum." Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, No. 1 (2012): 1-15. 

Lim, Alvin T. L. Christianity in Southeast Asia. Wiley Blackwell, 2018. 

Panah, Robert. "Orthodox Christianity in Indonesia: Challenges and Opportunities." The Orthodox Monitor, Vol. 1, No. 1 (2019): 23-35.

Patriarkat Ekumenis Konstantinopel. 

Saritoprak, Zeki. "The Return of Israel and the Second Coming of Christ in Orthodox Christian Theology." Journal of Orthodox Christian Studies, Vol. 1, No. 2 (2018): 123-145.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adat dan Tradisi Perkawinan Suku Sasak

Mengaku Wali, Membawa Panji, dan Menyesatkan Umat? Sebuah Refleksi Kritis atas Klaim Spiritual di Era Kontemporer

Hari Santri Nasional: Merajut Tradisi, Mengokohkan Identitas Bangsa