Masjid Bukan Sekadar Tempat Salat: Menghidupkan Ruh Peradaban Islam
Oleh: Lukmanul Hakim
"Dan sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang berada di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam."
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 96)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tempat ibadah—khususnya masjid—memiliki akar peradaban sejak zaman Nabi Ibrahim. Ia bukan hanya tempat ritual, tetapi juga titik mula peradaban spiritual dan sosial umat manusia. Konsep ini dilanjutkan dalam tradisi kenabian Muhammad ﷺ, yang menjadikan masjid sebagai pusat pengelolaan masyarakat Madinah.
Masjid dalam Tradisi Kenabian
Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, tindakan pertama beliau adalah membangun masjid. Masjid Nabawi bukan hanya tempat salat, tetapi juga:
-
Pusat pendidikan: Para sahabat belajar Al-Qur'an, akhlak, dan ilmu-ilmu dasar Islam. Tercatat adanya Ahl al-Shuffah, sekelompok sahabat yang tinggal dan belajar di masjid langsung dari Rasulullah (lihat: Siyar A‘lām al-Nubalā’ karya al-Dzahabi).
-
Kantor administrasi, tempat Rasulullah ﷺ menerima tamu negara, menyusun perjanjian, dan mengambil keputusan strategis. Bahkan, dalam Sahih al-Bukhari disebutkan, Rasulullah ﷺ menerima utusan suku-suku Arab dan delegasi dari luar negeri di masjid.
-
Ruang distribusi sosial: Kaum miskin, janda, dan anak yatim mendapat bantuan. Dalam Musnad Ahmad, diriwayatkan bahwa masjid menjadi tempat penyaluran zakat dan sedekah secara langsung kepada masyarakat.
Makna “Memakmurkan Masjid”
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian..."
(QS. At-Taubah [9]: 18)
Imam al-Qurṭubī dalam tafsirnya (al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’ān) menafsirkan kata يَعْمُرُ (ya‘muru) tidak hanya secara fisik, tetapi juga spiritual, intelektual, dan sosial. Artinya, memakmurkan masjid berarti menjadikannya pusat penyebaran ilmu, keadilan sosial, dan solidaritas umat.
Menghidupkan Kembali Fungsi Sosial Masjid
Sayangnya, di banyak tempat saat ini, masjid hanya hidup saat Ramadan atau salat Jumat. Fungsinya tereduksi menjadi tempat ibadah ritual semata. Padahal, para ulama seperti Imam al-Ghazālī dalam Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn menekankan pentingnya menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas sosial dan pendidikan umat.
Dalam konteks modern, beberapa fungsi masjid yang perlu dihidupkan antara lain:
- Masjid sebagai pusat edukasi umat: Kajian keilmuan, pelatihan keterampilan, pengajaran Al-Qur’an.
- Masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi: Pemberdayaan UMKM, koperasi syariah, bazar ekonomi umat.
- Masjid sebagai tempat rekonsiliasi sosial: Dialog lintas mazhab, mediasi konflik keluarga, pembinaan remaja.
Contoh sukses dapat dilihat dari Masjid Jogokariyan (Yogyakarta) yang transparan dalam keuangan, aktif dalam kegiatan sosial, serta memiliki peran besar dalam memakmurkan jamaahnya secara ekonomi dan spiritual.
Bahkan Teknologi Tak Mampu Menandinginya
Di era kecerdasan buatan dan teknologi informasi, tetap tidak ada satu pun ciptaan manusia yang bisa menandingi aspek spiritual dan transformasional masjid. Bahkan AI tercanggih pun tidak bisa menciptakan sesuatu yang memiliki dampak psikologis, spiritual, dan sosiologis sedalam peran masjid dalam sejarah Islam.
Penutup
Masjid bukan hanya bangunan fisik tempat kita rukuk dan sujud. Ia adalah titik awal dan poros utama peradaban Islam. Dari masjid, lahir pemimpin, pemikir, dan pejuang sosial. Dari masjid pula umat Islam seharusnya membangun solidaritas dan merebut kembali martabatnya.
Saatnya kita berhenti mempercantik kubah tetapi membiarkan akal dan hati jamaah kelaparan. Memakmurkan masjid adalah jalan untuk memakmurkan umat.
Referensi
- Al-Qur’an, QS. Āli ‘Imrān: 96, QS. At-Taubah: 18
- Sahih al-Bukhari, Kitab al-Maghazi
- Musnad Ahmad, riwayat tentang Ahl al-Shuffah
- Al-Qurṭubī, al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’ān, tafsir QS. At-Taubah:18
- Al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Kitab Adab al-Masjid
- Model revitalisasi: Masjid Jogokariyan (Yogyakarta)
Komentar
Posting Komentar