Ketika Sains Mengejar Al-Qur’an: Mukjizat Kosmologi dalam Ayat Suci
Oleh: Lukmanul Hakim
Lebih dari seribu tahun sebelum teleskop pertama ditemukan, Al-Qur’an telah menyuguhkan isyarat-isyarat kosmis yang memukau. Ia bukan buku astronomi, tapi petunjuk ilahiah yang justru mengandung deskripsi-deskripsi kosmologis yang sangat relevan dengan penemuan sains modern. Di tengah kemajuan teknologi luar angkasa dan eksplorasi semesta, muncul pertanyaan penting: apakah sains sedang mengejar kebenaran yang lebih dulu dinyatakan dalam Al-Qur’an?
Langit yang Terus Mengembang
Pada tahun 1929, Edwin Hubble menemukan bahwa galaksi-galaksi menjauh satu sama lain, menandakan bahwa alam semesta terus mengembang. Teori ini menjadi dasar Big Bang Theory yang kini diterima luas oleh para kosmolog. Namun, jauh sebelum itu, Al-Qur’an telah mengungkapkan:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
(QS. Az-Zariyat: 47)
Kata "لَمُوسِعُونَ" (lamūsi‘ūn) berasal dari akar kata و-س-ع yang berarti “meluaskan”. Para mufasir klasik seperti Ibn Katsir menafsirkannya sebagai tanda kekuasaan Allah yang agung. Namun, dalam konteks kosmologi modern, ayat ini menggambarkan expanding universe, sebuah konsep yang baru bisa dibuktikan abad ke-20.
Dulu Semesta Ini Satu Kesatuan
Big Bang Theory menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik singularitas yang kemudian meledak dan berkembang. Menariknya, konsep ini juga tersirat dalam Al-Qur’an:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan antara keduanya?”
(QS. Al-Anbiya’: 30)
Kata رَتْقًا (ratqan) berarti menyatu rapat, dan فَفَتَقْنَاهُمَا (fafaṭaqnāhumā) berarti memisahkan atau meledakkan. Ini menggambarkan proses awal penciptaan semesta dari satu kesatuan—konsep yang sangat mirip dengan teori Big Bang.
Orbit dan Hukum Gerak Langit
Sains modern menyatakan bahwa planet dan benda langit bergerak dalam lintasan (orbit) teratur. Ini telah dinyatakan dalam Al-Qur’an:
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan masing-masing beredar dalam garis edarnya.”
(QS. Yasin: 40)
Kata "فَلَكٍ" (falak) berarti orbit atau jalur edar. Pengetahuan ini tidak mungkin berasal dari manusia gurun abad ke-7, ketika alat observasi langit belum ada. Fakta bahwa Al-Qur’an menggambarkan benda langit seperti matahari dan bulan bergerak dalam orbit merupakan bukti bahwa ia datang dari Zat yang Maha Mengetahui.
Langit sebagai Lapisan Pelindung
Atmosfer bumi, lapisan ozon, dan medan magnet bumi kini dikenal sebagai sistem perlindungan alam bagi kehidupan. Namun Al-Qur’an telah menyebutkan fungsi pelindung ini dengan istilah “langit sebagai atap yang terjaga”:
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَّحْفُوظًا
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara…”
(QS. Al-Anbiya’: 32)
Ilmuwan kini tahu bahwa tanpa perlindungan atmosfer, kehidupan tidak akan mungkin: radiasi kosmik, meteor, dan sinar UV akan memusnahkan makhluk hidup. Fakta ini baru dipahami dalam satu abad terakhir, tetapi Al-Qur’an sudah mengisyaratkan hal itu 14 abad lalu.
Bukan Buku Sains, tapi Petunjuk yang Mengungguli Sains
Perlu ditekankan: Al-Qur’an bukanlah buku fisika, astronomi, atau biologi. Tapi kehadiran isyarat ilmiah di dalamnya menunjukkan bahwa sumber Al-Qur’an bukanlah manusia biasa. Bahkan Maurice Bucaille, dokter dan ilmuwan Prancis yang menulis The Bible, The Qur’an and Science, menyatakan bahwa tidak ada satu pun ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan penemuan ilmiah modern. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya yang sering berbenturan dengan sains.
Penutup: Ilmu Menyusul Wahyu
Penemuan sains bukan membuktikan kehebatan manusia semata, tetapi membuktikan kebenaran wahyu. Ketika manusia mengamati langit dengan teleskop dan teknologi mutakhir, ia sebenarnya sedang mendekati kebenaran yang telah diwahyukan dalam kitab suci.
Al-Qur’an bukan kitab mati. Ia adalah mukjizat hidup yang relevan di setiap zaman, termasuk zaman eksplorasi antariksa ini. Maka, mari kita tadabburi ayat-ayatnya bukan hanya dengan iman, tetapi juga dengan akal. Sebab, di sanalah letak keindahan Al-Qur’an sebagai petunjuk yang terus memandu manusia—baik di bumi, maupun ketika menembus langit.
Daftar Referensi:
- Bucaille, Maurice. The Bible, The Qur’an and Science. Paris: Seghers, 1976.
- Wahbah az-Zuhaili. Tafsir al-Munir.
- M. Asad. The Message of the Qur’an.
- NASA: The Expanding Universe – Hubble Space Telescope Reports (https://www.nasa.gov/).
- Harun Yahya. The Miracles of the Qur’an in the Light of Modern Science.
- Muhammad Mutawalli Sha’rawi. Al-I’jaz al-‘Ilmi fi al-Qur’an al-Karim.
Komentar
Posting Komentar