Makin Berbeda Makin Indah: Memelihara Toleransi dan Keberagaman di Indonesia

Oleh: Lukmanul Hakim

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

Pengurus MWC NU Praya Tengah, Lombok Tengah

 

Indonesia adalah bangsa yang dibangun di atas fondasi keberagaman. Dari Sabang hingga Merauke, Indonesia tidak hanya kaya akan kekayaan alamnya, tetapi juga beragam dalam hal budaya, bahasa, etnis, dan agama. Keberagaman ini bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah kekayaan yang harus dipelihara dan dijaga. Dalam konteks global yang makin terhubung, menjaga keharmonisan dalam keberagaman bukan hanya penting, tetapi juga menjadi simbol dari peradaban yang maju dan inklusif.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi bangsa ini adalah bagaimana menjaga agar keberagaman tersebut tidak menjadi sumber perpecahan. Pola pikir yang sering kali muncul adalah bahwa perbedaan, terutama dalam hal agama dan budaya, bisa menjadi sumber konflik. Padahal, jika kita mampu melihatnya dari perspektif yang lebih luas, perbedaan adalah potensi untuk menciptakan masyarakat yang lebih kaya, lebih kuat, dan lebih harmonis. Sebagaimana ungkapan yang sering terdengar: "Makin berbeda, makin indah."

Keberagaman Sebagai Pemersatu Bangsa

Keberagaman dalam masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang harus dihindari atau disangkal, melainkan sesuatu yang harus dipahami dan diterima dengan lapang dada. Dalam sejarahnya, Indonesia telah lama menunjukkan bahwa meskipun terdiri dari berbagai suku, agama, dan adat, bangsa ini mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan jelas menegaskan pentingnya nilai-nilai keberagaman yang dijaga dalam bingkai persatuan. Dalam sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa,” kita diajak untuk menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, menjunjung tinggi nilai-nilai religius yang ada di dalam masyarakat Indonesia.

Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Saat masa kemerdekaan, perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan adalah perjuangan yang melibatkan berbagai kelompok etnis, agama, dan budaya. Para pahlawan bangsa berjuang dengan semangat persatuan yang mengutamakan kepentingan bersama, meskipun berasal dari latar belakang yang sangat beragam (Van Nieuwenhuijze, 2013). Bahkan dalam era Reformasi, ketika negara menghadapi berbagai tantangan politik, semangat keberagaman terus menjadi fondasi bagi bangsa ini untuk tetap berdiri teguh sebagai negara yang bersatu.

Pandangan Para Tokoh NU tentang Keberagaman

Para ulama dan tokoh-tokoh NU telah lama mengajarkan pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan antarumat beragama. Salah satu tokoh NU yang terkenal dengan pandangannya tentang toleransi adalah K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur, yang juga pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia, sering mengingatkan pentingnya menjaga keberagaman di Indonesia, terutama dalam konteks agama. Menurutnya, “Indonesia bukan hanya tempat hidup bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang yang beragama lain. Keberagaman ini adalah keniscayaan yang harus diterima dengan lapang dada dan dilindungi” (Wahid, 2005). Gus Dur menekankan bahwa dasar dari semua ajaran agama adalah kedamaian dan persaudaraan, dan oleh karena itu, umat beragama harus saling menghormati.

Pandangan Gus Dur ini sejalan dengan konsep yang diajarkan dalam Islam Nusantara, yang merupakan konsep yang digagas oleh NU. Islam Nusantara mengajarkan bahwa Islam yang dipraktikkan di Indonesia harus beradaptasi dengan budaya lokal yang beragam dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal Islam. K.H. Said Aqil Siraj, mantan Ketua Umum PBNU, juga sering mengingatkan bahwa keberagaman di Indonesia bukanlah suatu masalah, melainkan sebuah anugerah yang harus dijaga. Beliau berkata, “Islam itu rahmatan lil ‘alamin, bukan hanya untuk umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia. Oleh karena itu, kita harus menghargai keberagaman yang ada dan memupuk sikap saling menghormati” (Siraj, 2017).

K.H. Ma'ruf Amin, yang pernah  menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia, juga menekankan pentingnya prinsip toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Beliau mengingatkan bahwa Indonesia dengan keberagaman suku, budaya, dan agama membutuhkan penguatan budaya toleransi agar negara ini tetap kokoh. Beliau mengatakan, “Toleransi adalah salah satu kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan di Indonesia. Tidak ada tempat untuk diskriminasi dalam ajaran agama yang benar” (Amin, 2019).

Pentingnya Pendidikan Toleransi dalam Masyarakat

Pendidikan menjadi kunci dalam membangun dan memperkuat kesadaran akan pentingnya toleransi dalam masyarakat yang majemuk. Toleransi tidak hanya mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dengan perbedaan, tetapi juga untuk saling memahami dan menghargai. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai pluralisme dan penghargaan terhadap hak-hak individu, termasuk kebebasan beragama, akan melahirkan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Sebagaimana disampaikan oleh Nussbaum (2008), pendidikan adalah instrumen penting dalam membentuk karakter dan sikap sosial individu yang mampu mengelola keberagaman dengan bijak.

Dalam konteks ini, pendidikan agama yang berbasis pada toleransi sangat penting. Para guru dan pemuka agama memiliki peran besar dalam membangun pemahaman yang benar tentang makna hidup bersama dalam perbedaan. Islam, misalnya, mengajarkan prinsip toleransi yang sangat jelas dalam Al-Qur'an, salah satunya adalah dalam Surah Al-Hujurat ayat 13 yang menyebutkan, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari lelaki dan perempuan, dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal-mengenal." Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan adalah bagian dari takdir Tuhan yang harus diterima dan dihargai (Nasr, 2002).

Konflik Agama dan Keberagaman: Tantangan dalam Dunia Modern

Meskipun Indonesia dikenal dengan keberagamannya, berbagai konflik antar kelompok agama dan etnis juga masih sering terjadi. Salah satu faktor yang memperburuk situasi adalah ketidakpahaman terhadap ajaran agama yang berbeda. Radikalisasi yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan agama sering kali membuat keberagaman terlihat seperti sesuatu yang bisa memicu konflik. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat dialog antaragama dan budaya, sehingga keberagaman tidak menjadi sumber perpecahan, tetapi justru menjadi sumber kekuatan.

Dalam menghadapi tantangan ini, masyarakat Indonesia perlu memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama. Melalui dialog antaragama, kita bisa meminimalisir ketegangan dan kesalahpahaman yang sering muncul. Sebagai contoh, program-program yang mengedepankan kerja sama lintas agama dalam mengatasi masalah sosial, seperti pendidikan, kemiskinan, atau bencana alam, dapat membantu memperkuat tali persaudaraan antarumat beragama (Esack, 2002).

Keberagaman sebagai Cermin Kemajuan Peradaban

Keberagaman dalam masyarakat juga menjadi indikator dari kemajuan sebuah peradaban. Masyarakat yang mampu hidup berdampingan dengan perbedaan tidak hanya menunjukkan kedewasaan dalam beragama dan bersosial, tetapi juga menunjukkan tingkat peradaban yang lebih tinggi. Dalam buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1996), Samuel Huntington berpendapat bahwa peradaban yang berhasil adalah peradaban yang mampu mengelola perbedaan, bukan yang berusaha menghapusnya. Indonesia, dengan segala keberagamannya, harus menjadi contoh bagi dunia bahwa perbedaan bukanlah penghalang, tetapi justru memperkaya pengalaman hidup dan meningkatkan kualitas sosial masyarakat.

Keberagaman juga harus dilihat sebagai faktor yang memperkaya budaya dan tradisi. Indonesia dengan lebih dari 700 suku bangsa dan lebih dari 1.000 bahasa memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Keanekaragaman ini harus dijaga dan dilestarikan agar anak cucu kita dapat menikmati warisan budaya yang tidak ternilai harganya.

Simpulan: Makin Berbeda, Makin Indah

Indonesia sebagai negara yang majemuk memerlukan kerja sama dan saling pengertian di antara seluruh elemen masyarakat. Keberagaman bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi harus diterima dengan lapang dada dan dihargai sebagai bagian dari kekayaan bangsa. Dengan membangun kesadaran akan pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan, kita dapat menjaga kedamaian dan kemajuan bangsa ini. Makin berbeda, makin indah, karena perbedaan adalah jembatan yang menghubungkan kita dalam harmoni yang lebih besar.

Referensi:

Amin, A. (2019). Menjaga Kerukunan dalam Keberagaman Indonesia. Jakarta: Pustaka Islam.

Esack, F. (2002). The Quran: A Short Introduction. Oneworld Publications.

Nasr, S. H. (2002). The Heart of Islam: Enduring Values for Humanity. HarperCollins.

Nussbaum, M. (2008). Liberty of Conscience: In Defense of America's Tradition of Religious Equality. Basic Books.

Siraj, A. (2017). Islam Nusantara: Sebuah Pengantar. Jakarta: Lembaga Pengkajian Islam Nusantara.

Van Nieuwenhuijze, E. B. (2013). Islam in Indonesia: Continuity and Change. Brill.

Wahid, A. (2005). Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Keniscayaan Dialog Antar Umat Beragama. Jakarta: Mizan.

Huntington, S. P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Simon & Schuster.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggapan MUI Kabupaten Lombok Tengah terhadap Ajaran Lalu Dahlan: Sebuah Klarifikasi dan Tindakan Tegas

Mengaku Wali, Membawa Panji, dan Menyesatkan Umat? Sebuah Refleksi Kritis atas Klaim Spiritual di Era Kontemporer

Adat dan Tradisi Perkawinan Suku Sasak